Mustika Sukma Cakra Wisesa
Saat senja perlahan tenggelam, Kang Masrukhan memulai perjalanannya menuju Gunung Lawu, sebuah gunung yang dikenal sebagai pusat spiritual dan mistis Nusantara. Langit sore berubah menjadi kelabu, angin dingin mulai berembus, menandakan malam yang berat dan penuh tantangan menunggu di hadapan. Ia membawa bekal berupa tasbih cendana, kemenyan arab, dan air suci sebagai sarana spiritual. Di hatinya, terpatri keyakinan bahwa tugas besar ini akan berhasil dengan izin Allah SWT.
Gunung Lawu, dalam keheningannya, menyimpan energi yang berlapis dari yang terang hingga yang gelap. Malam itu, suasana mencekam terasa begitu nyata. Burung hantu bersahutan, dan kabut tebal menutupi jalan setapak yang curam. Di setiap langkah, Kang Masrukhan merapal doa, meminta perlindungan dari segala bahaya yang tidak terlihat. Ia tahu, penarikan mustika gaib ini bukan sekadar tugas biasa, melainkan perjalanan yang akan menguji mental, fisik, dan spiritualnya.
Setelah berjam-jam menempuh perjalanan, Kang Masrukhan tiba di Sendang Drajat, sebuah sumber mata air keramat di lereng Gunung Lawu. Tempat ini dipenuhi aura yang berat, seolah menjadi perbatasan antara dunia manusia dan dimensi gaib. Batu-batu besar di sekitar sendang terlihat seperti penjaga yang diam, mengintimidasi siapa saja yang melintas. Hanya suara gemericik air yang memecah kesunyian malam.
Kang Masrukhan mengambil posisi di atas sebuah batu besar yang menghadap langsung ke sendang. Ia duduk bersila, menenangkan pikirannya. Kabut mulai turun, menyelimuti area tersebut. Angin yang berembus membawa aroma tanah basah bercampur mistis, membuat bulu kuduk merinding. Di kejauhan, terdengar suara-suara samar seperti bisikan. Namun, Kang Masrukhan tetap tenang.
Ia mengeluarkan kemenyan arab dari tasnya, menyalakan api, dan membiarkan asap membubung tinggi, menari-nari di udara malam. Dalam hati, ia membaca surah Al-Fatihah, diikuti Dzikir Asmaul Husna “Ya Malik” dan “Ya Aziz,” yang diyakini mampu membuka dimensi gaib dengan energi ilahi.
Tepat tengah malam, suasana tiba-tiba berubah drastis. Angin yang semula berhembus lembut kini menjadi kencang. Daun-daun berguguran, dan udara di sekitar terasa semakin berat. Asap kemenyan mulai membentuk pola spiral, tanda bahwa gerbang gaib telah terbuka. Kang Masrukhan memanggil nama Kyai Cakra Jati, sang khodam penjaga dengan lantunan wirid khusus:
“Allahumma Ya Nurul Hakiki, hadirkan Kyai Cakra Jati, pembimbing yang penuh hikmah dan kewibawaan. Jadikanlah aku hamba yang bertanggung jawab menjaga amanah-Mu.”
Dalam sekejap, suasana di sekitar berubah. Angin dingin tiba-tiba berhembus, dan suasana menjadi sunyi. Dari kejauhan, terdengar suara tasbih seperti lantunan dzikir. Sosok Kyai Cakra Jati perlahan menampakkan diri, berjubah putih dengan sorban bercahaya. Wajahnya memancarkan aura kedamaian dan kewibawaan, namun ada sesuatu yang begitu agung dan menakutkan dalam kehadirannya. Sosok itu berdiri tegap, memandang Kang Masrukhan dengan tatapan dalam.
“Engkau datang dengan hati yang bersih dan niat yang suci,” suara Kyai Cakra Jati bergema lembut namun tegas. “Aku adalah penjaga tempat ini. Jika engkau layak aku akan memberikanmu mustika sakti yang menyatu dengan kekuatanku”
Setelah memberikan restunya, sosok Kyai Cakra Jati perlahan berubah. Dari jubah putihnya, muncul sinar terang yang perlahan membentuk wujud Singa Putih Sakti. Singa itu berdiri gagah, tubuhnya memancarkan cahaya putih keemasan. Matanya berkilauan, menunjukkan kekuatan besar yang hanya tunduk pada kehendak Allah.
Singa itu berjalan mengelilingi Kang Masrukhan sebanyak tiga kali, sebelum mengaum dengan suara yang mengguncang bumi. Tanah di sekitar sendang bergetar, dan air sendang tiba-tiba memancarkan kilauan cahaya. Dalam wujudnya sebagai singa, Kyai Cakra Jati menunjukkan kesiapannya untuk menjaga mustika yang akan menjadi milik manusia terpilih.
Kang Masrukhan mengambil mustika bulat berwarna putih dihadapannya. Ia meletakkannya di telapak tangan dan mulai membaca ayat kursi sebanyak tujuh kali. Suara lantunannya menyatu dengan getaran alam di sekitarnya. Batu mustika itu mulai bercahaya, perlahan berubah menjadi terang benderang, menandakan energi spiritual tinggi telah terserap ke dalamnya.
Sebagai langkah terakhir, Kang Masrukhan menyegel mustika dengan membaca ayat kursi sebanyak 7 kali. Setelah selesai, ia menutup ritual dengan sujud syukur, berterima kasih kepada Allah SWT atas keberhasilan penarikan gaib ini. Kyai Cakra Jati, dalam wujud singa putih, mengaum sekali lagi, sebelum perlahan-lahan menghilang ke dalam mustika. Cahaya di sekitarnya meredup, dan suasana kembali menjadi sunyi.
Setelah ritual selesai, Kang Masrukhan menyimpan Mustika Sukma Cakra Wisesa di tempat khusus. Ia turun dari Gunung Lawu dengan rasa syukur yang mendalam, menyadari bahwa ia telah menjadi saksi dari kekuatan besar yang tersimpan di balik mustika ini. Dengan khodam Kyai Cakra Jati sebagai penjaganya, mustika ini kini siap membantu siapa pun yang membutuhkan perlindungan dan kekuatan untuk mempertahankan jabatan atau mencapai kesuksesan.
Tertarik memiliki? Untuk mendapatkannya langsung hubungi admin KANG MASRUKHAN:
CS DEWI : 082 223 338 771
CS FAHRI : 085 712 999 772
Berbagai benda ghaib yang ada di situs www.Bendaghaib.com ini merupakan sarana usaha batin untuk mencapai tujuan Anda atau sekedar untuk koleksi pribadi Anda. Pada hakekatnya, semua kekuatan adalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Adapun benda ghaib dan saya hanyalah sebagai perantara saja.
Seorang Guru Spiritual yang telah berpengalaman selama lebih dari 12 tahun. Merupakan Pimpinan Asosiasi Parapsikologi Nusantara